Minggu, 13 Februari 2011

ingin berpariwisata


Desa Lakkang Jadi Objek Wisata Menjanjikan

Catatan dari Media Gathering XL di Makassar
Desa Lakkang sendiri bagi warga kota Makassar mungkin masih belum bias didengar dan sangat jarang diceritakan orang sebagai objek wisata menjanjikan. Mulai dari menyusuri Sungai Tallo menggunakan perahu motor sekira 4 kilometer ternyata sangat mengasikkan hingga sampai di desa itu.
Selain itu, warga serta rumah-rumah di desa itu masih menonjolkan corak budaya kota Makassar di masa lalu yang 99% masih menggunakan rumah kayu bertingkat. Potensi itu lalu ditangkap PT XL Axiata sebagai objek wisata yang bisa diandalkan di Indonesia dengan menghadirkan sekitar 50-an media massa cetak dan elektronik dari seluruh Indonesia.
Mungkin 3 hari di Makassar mulai 11-13 Februari 2011 merupakan waktu yang sangat sedikit untuk mengjangkau seluruh potensi objek wisata di Makassar.
"Kami sangat senang dan menyambut baik kehadiran para Jurnalis se Indonesia di Lakkang. Bahkan kami juga berkomitmen untuk terus mempromosikan desa ini sebagai andalan pariwisata di Makassar," ungkap Rusmayani Madjid, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Makassar menyambut para Jurnalis di Lakkang.
Uniknya, lanjut Maya--sapaan akrab Rusmayani Madjid, desa itu terletak di tengah kota Makassar. Selain itu, gaya hidup warga desa itu sebagain masih menggantungkan hidupnya dengan bercocok tanam dan hasil perkebunan.
"Ternyata masih ada ya desa di tengah kota yang kehidupannya masih sangat alami, mulai dari caranya bertahan hidup hingga indahnya alam di pulau itu," sebut Fernando, salah satu Jurnalis dari Manado.
Selain itu, warga sekitar Desa Lakkang juga masih menggunakan alat-alat dapur dan rumahnya yang masih orisinil. Sebut saja Lampang atau anyaman warga yang terbuat dari daun nipa muda dan digunakan sebagai tempat nasi bagi warga sekitar. Selain Lampang, masih banyak lagi produk yang dihasilkan hanya dengan mengandalkan kekayaan alam di pulau itu.
"Ini namanya Lampang, digunakan sebagai tempat nasi keluarga," ungkap Syamsiah, Warga Lakkang ketika ditanya sejumlah jurnalis dari Jakarta.

Perkenalkan Wisata Sungai Sulsel

BERWISATA. Anggota FAJI Sulsel rutin menjajal sungai-sungai berarus deras di daerah ini.


KEPEDULIAN memulihkan kondisi sungai dan memperkenalkan sungai sebagai salah satu potensi pariwisata khususnya di Sulawesi Selatan ditunjukkan komunitas Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Sulsel. Bagi FAJI, selain punya hak hidup, dipelihara dan dipertahankan, sungai mengandung potensi pariwisata yang sangat indah.

Arung jeram bagi FAJI adalah wisata olahraga. Wisata olahraga ini sering dilakukan orang yang menyukai tantangan sebagai suatu kegiatan wisata. Apalagi, arung jeram selain memerlukan tenaga ekstra juga memerlukan keberanian. Pada umumnya medan yang digunakan adalah berarus deras dan berbatu.

Ketua FAJI, Didi Leonardo Manaba mengatakan satu tahun belakangan ini mereka sangat aktif memperkenalkan potensi pariwisata Sulsel melalui olahraga arung jeram.

Didi yang juga berprofesi sebagai pengusaha dan guru di beberapa sekolah pariwisata ini menegaskan berusaha keras mengembangkan FAJI. Mereka juga menjalin kerja sama dengan Pemprov Sulsel melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

"FAJI terlibat penuh pada event tahunan Lovely Desember. Melalui FAJI, olahraga arung jeram menjadi salah satu rangkaian ajang perkenalan budaya Sulsel kepada para wisatawan. Inilah yang menjadi salah satu misi komunitas kami. Kami ingin mengembangkan potensi pariwisata Sulsel melalui olahraga arung jeram," ucap Didi.

Selain membantu dalam mengembangkan potensi pariwisata, FAJI juga mengemban misi menciptakan atlet-atlet arum jeram Sulsel yang andal. Beberapa kejuaran nasional dan internasional pernah diikuti anggota FAJI. Ini juga yang membuat Sulsel diperhitungkan dalam beberapa kejuaran di tanah air.